Minggu, 18 September 2011

muratal Ahmad Saud


Qur'an reading is the reading (tarteel, tajwid, or taghbir) aloud, reciting, or chanting of portions of the Qur'an. The reciter is called a muqri' , tālī, murattil, mujawwid, or most commonly a qari. Recitation should be done according to rules of pronunciation, intonation, and caesuras established by the Islamic prophet Muhammad, though first recorded in the eighth century CE. 

The most popular reading is that of Hafs on the authority of `asim. Similarly, each melodic passage centers on a single tone level, but the melodic contour and melodic passages are largely shaped by the reading rules, creating passages of different lengths whose temporal expansion is defined through caesuras. Skilled readers may read professionally for mosques in cities. 

Below are some files of Quranic Recitaion formated in mp3 recited randomly by 3 childhren reciter; Ahmad Saud, Hasan Al Awwad, and Moh Thoha Al Junaid:
    No.SurahPlay / Download
    78-79An Naba – An NaaziaatDownload
    85Al-BurujDownload
    86At-TariqDownload
    87Al-A’laDownload
    88Al-GhashiyahDownload
    89Al-FajrDownload
    90Al-BaladDownload
    91Ash-ShamsDownload
    92Al-LailDownload
    93Ad-DuhaDownload
    94Ash-SharhDownload
    95At-TinDownload
    96Al-’AlaqDownload
    97Al-QadrDownload
    98Al-BaiyinahDownload
    99Az-ZalzalahDownload
    100Al-’AdiyatDownload
    101Al-Qari’ahDownload
    102At-TakathurDownload
    103Al-’AsrDownload
    104Al-HumazahDownload
    105Al-FilDownload
    106QuraishDownload
    107Al-Ma’unDownload
    108Al-KautharDownload
    109Al-KafirunDownload
    110An-NasrDownload
    111Al-MasadDownload
    112Al-IkhlasDownload
    113Al-FalaqDownload
    114An-NasDownload
    The Qur'an is marked with twenty-six symbols, circles, rectangles, dashes and letters, some in color. These are written above, below, or beside the letters of the alphabet. They indicate the pronunciation of consonants, whether the blending of neighboring or adjacent consonants is allowed, and where recitation pauses and caesuras are forbidden and possible (ibid, p. 155). In this last respect their function is analogous to that of Biblical cantillation marks, but unlike these they do not constitute a word-for-word notation of musical motifs.


    Update: mp3 Quranic recitation by Mishary Rasyid Alafasy using  Bahasa Indonesia Translation, Full Complete 30 Juz >>Click here<< to download.

    Rabu, 14 September 2011

    Mengharukan,Kisah Cinta Dan Kesetiaan 2 Ekor Kadal Selama 10 Tahun


    Ini sebuah kisah nyata yang terjadi di Jepang. Ketika sedang merenovasi sebuah rumah, seseorang mencoba merontokan tembok. Rumah di Jepang biasanya memiliki ruang kosong diantara tembok yang terbuat dari kayu. Ketika tembok mulai rontok, dia menemukan seekor kadal terperangkap diantara ruang kosong itu karena kakinya melekat pada sebuah paku. Dia merasa kasihan sekaligus penasaran. Lalu ketika dia mengecek paku itu, ternyata paku tersebut telah ada disitu 10 tahun lalu ketika rumah itu pertama kali dibangun.
    Apa yang terjadi? Bagaimana kadal itu dapat bertahan dengan kondisi terperangkap selama 10 tahun?

    Dalam keadaan gelap selama 10 tahun, tanpa bergerak sedikitpun, itu adalah sesuatu yang mustahil dan tidak masuk akal. Orang itu lalu berpikir, bagaimana kadal itu dapat bertahan hidup selama 10 tahun tanpa berpindah dari tempatnya sejak kakinya melekat pada paku itu!

    Orang itu lalu menghentikan pekerjaannya dan memperhatikan kadal itu, apa yang dilakukan dan apa yang dimakannya hingga dapat bertahan. kemudian, tidak tahu darimana datangnya, seekor kadal lain muncul dengan makanan di mulutnya …. astaga!!

    Orang itu merasa terharu melihat hal itu. Ternyata ada seekor kadal lain yang selalu memperhatikan kadal yang terperangkap itu selama 10 tahun. Sungguh ini sebuah cinta… cinta yang indah. Cinta dapat terjadi bahkan pada hewan yang kecil seperti dua ekor kadal itu. apa yang dapat dilakukan oleh cinta? tentu saja sebuah keajaiban. Bayangkan, kadal itu tidak pernah menyerah dan tidak pernah berhenti memperhatikan pasangannya selama 10 tahun. bayangkan bagaimana hewan yang kecil itu dapat memiliki karunia yang begitu menganggumkan.

    Misteri Patih Gajah Mada !


    DitoNews - Pulau Buton di wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara dalam catatan sejarah, pernah menjadi tempat pilihan perlindungan yang aman dari sejumlah bangsawan kerajaan ternama di Nusantara. Bahkan dalam penelusuran terakhir, ditemukan petunjuk dari sejumlah catatan dan bukti arkeolog, Pulau Wangiwangi yang dulunya masuk wilayah Buton dan kini menjadi Kabupaten Wakatobi justru tempat lahir dan moksanya Gajah Mada, Mahapatih Kerjaaan Majapahit yang terkenal dengan ‘Sumpah Palapa’ - Pemersatu Nusantara.

    Lembaga adat Forum Komunikasi (Forkom) Kabali yang dibentuk sejak 6 Desember 2009 di Kabupaten Kepulauan Wakatobi, kini begitu konsen mengumpulkan data dari berbagai sumber, bukti arkeolog, dan berupaya keras menjalin kerjasama dengan semua pihak terkait untuk membuka tabir emas adanya petunjuk perjalanan hidup Gajah Mada di Pulau Wangiwangi.

    Sejarah nasional mencatat bagaimana Mahapatih Kerajaan Majapahit yang diperkirakan lahir pada tahun 1290 (Encarta Encylopedia) itu memiliki kemampuan strategi di medan perang serta kecerdasan berpikir untuk kemaslahatan kehidupan masyarakat yang luas di masanya. Tapi, dimana tempat wafat dan makamnya, hingga saat ini belum ada keterangan yang pasti.

    Dari sejumlah catatan yang telah dihimpun Forkom Kabali, sekitar bulan Sya’ban 634 Hijriyah atau akhir tahun 1236 Masehi sebuah kapal layar Popanguna menggunakan simbol bendera Buncaha strep-strep warna Kuning Hitam merapat di Kamaru, wilayah pesisir arah utara timur laut Pulau Buton. Kapal tersebut memuat bangsawan bernama Simalaui dan Sibaana (bersaudara) dikawal seorang sakti mandraguna bernama Sijawangkati bersama puluhan pengawalnya, yang diperkirakan berasal dari Bumbu, negeri melayu Pariaman.

    Kedatangan mereka ke Pulau Buton diperkirakan lantaran terjadi pergolakan yang memaksa untuk meninggalkan tempat asalnya. Terbukti, setelah mereka membuat pemukiman di Kamaru, juga membangun sebuah perlindungan yang hingga kini dikenal dengan sebutan Benteng Wonco. Sijawangkati pun kemudian memohon diri untuk membuat pemukiman tersendiri di Wasuembu serta membuat Benteng Koncu di Wabula.

    Monyet Kebal Aids ?? Ini Alasanya


    DitoNews - Beberapa spesies monyet asal Afrika seperti Sooty Mangebey (Cercocebus atys) diketahui memiliki mekanisme pertahanan alami yang mencegah mereka terinfeksi AIDS. Primata ini dilaporkan dapat terinfeksi virus SIV tanpa berkembang menjadi AIDS meski jumlah virusnya sangat banyak.

    Fenoma yang biasa dikenal sebagai natural host tersebut saat ini tengah diteliti para ilmuwan untuk mempelajari pengembangan obat-obatan HIV/AIDS untuk manusia.

    Para ilmuwan menemukan pada tubuh monyet-monyet tersebut terjadi regenerasi sel-T, tipe sel darah putih yang membuat sistem imun mampu melawan infeksi kuman atau virus.

    Secara khusus diketahui monyet sooty mangabey yang terinfeksi oleh SIV (simian immunodeficiency virus) atau virus kerabat HIV pada satwa primata, mampu menjaga level CD4 dan sel-T melalui regenarasi yang pesat dari CD4 dan sel T yang polos atau belum terekspos racun dan senyawa lain yang merangsang produksi antibodi.

    Hasil riset tersebut bisa menjelaskan mengapa SIV dan HIV bisa menyebabkan AIDS pada primata lainnya, termasuk pada manusia. Dalam penelitian ini para ilmuwan dari Yerkes National Primate Research Center, Atlanta, membandingkan sooty mangabey dengan monyet rhesus yang terinfeksi SIV.

    "Walaupun kedua spesies itu menunjukkan pertambahan sel CDH4 dan sel T, namun pada monyet rhesus tampak regenerasi CD4 sel T naif yang lebih lambat," kata Mirko Paiardini, salah seorang peneliti.